468x60 Ads

Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image >
0 komentar

AUTOBIOGRAFI




1. Masa Balita

Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung – kota yang terkenal dengan menara Sigernya, pada hari Minggu tanggal 5 januari 1997 di Rumah Sakit Bumi Waras pukul 14:00 wib, dari pasangan Marliana dan Tri Hartono. Penulis dilahirkan dengan berat 3,2 kg dan panjang 50 cm. Dia dilahirkan sebagai anak pertama dari 2 bersaudara.  Dia diberi nama oleh ayah dan ibunya “Muhammad Dimas Irfan Hartono”. Penulis mempunyai seorang adik laki-laki bernama Muhammad  Reanaldi Farhan Hartono yang sekarang berumur 11 tahun dan duduk di kelas 6 SD di SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung. Semenjak lahir,penulis tinggal di sebuah rumah jln. Dempo Nomor 1A Bandar Lampung.
Penulis sangat sayang terhadap adiknya, sebagai anak yang paling tua mempunyai beban yang berat dan harus memberikan contoh teladan yang baik kepada adiknya. Sering kami bertengkar karena hal sepele kakak beradik, tetapi perselisihan itu tidak sampai berlarut-larut, karena kami diajarkan oleh ayah dan ibu bagaimana agar selalu kompak dan selalu memaafkan.

2. Masa Taman Kanak – Kanak

Sebelum memasuki taman kanak – kanak, penulis terlebih dahulu belajar mengaji di Taman Pendidikan Al-Quran AL-Ikhlas ( TPA ) dekat rumah. Di sana ia belajar membaca dan menulis huruf Arab. Dia juga  belajar  tentang  doa – doa, surat – surat pendek, cara berwudhu, dan juga cara solat yang benar. Selang beberapa bulan, tepatnya usia tiga tahun enam bulan, penulis pun resmi menjadi siswa Taman Kanak – Kanak pertiwi. Penulis duduk di kelas B4 , dengan wali kelas Ibu Elly. Di sana, dia memiliki banyak teman.  Di sekolah ini, penulis belajar membaca, menulis, berhitung, menyanyi, juga menari. Penulis dikenal dengan anak yang baik dan mudah bergaul oleh ibu guru.
Saat pertama kali belajar menulis, penulis merasa sangat kaku. Apalagi jika menulis tegak bersambung. Tangannya sampai harus dipegangi oleh Ibu Guru karena sulitnya menulis huruf tersebut . Meski sudah dibantu, tulisannya pun masih jelek dan terlihat tidak teratur atau seperti “cacing kepanasan” yang  sulit untuk dibaca. Namun Ibu Guru tidak pernah memarahi dia karena beliau sangat memakluminya.
Sekolah sang penulis yang terletak di Jl. H Juanda No 10 ini, memiliki banyak permainan yang dapat dimainkan pada saat waktu istirahat, seperti perosotan, ayunan, jungkat -  jungkit , tempat memanjat. Semua tersedia tetapi dengan jumlah yang terbatas . Jadi, setiap siswanya diwajibkan untuk antri. Pada saat itu penulis mengikuti belajar tambahan aritmatika/ sempoa yang diadakan tiap hari Selasa dan Kamis sepulang sekolah.
Menjelang perpisahan, murid murid diwajibkan menampilkan bakatnya. Mulanya penulis diajak wali kelasnya ikut dalam pentas drama, setelah dibujuk oleh Ibu Guru , akhirnya ia pun mau untuk menjadi tokoh dalm drama tersebut, penulis pun berlatih sangat rajin. Sebelum pentas dimulai, penulis sempat mencari ibunya yang tiba-tiba tidak ada digedung tersebut. Inilah salah satu kelemahan penulis , ia tidak bisa di antar oleh orang tuanya sebab jika ia di antar ia pasti tak bisa jauh dari mamanya. Penulis pun menangis. Akhirnya Ibu Guru membujuknya agar ia tidak menangis. Selesai pertunjukan , dilanjutkan pentas-pentas yang lain seperti menyayi, menari, bina vokalia, dll

3. Masa Sekolah Dasar
Setelah lulus dari taman kanak – kanak, tepatnya pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah dasar.  Ia melanjutkan ke SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung. Penulis duduk di kelas 1F di sekolah yang terletak di Jl. Cendana No. 33 Tanjung Karang Timur ini , dengan wali kelas  Ibu Wayan. Di kelas ini, terdapat 47 siswa yang belajar dan menuntut ilmu di dalamnya. Saat kelas 1, sekolah dimulai pukul 07.15 dan berakhir pada pukul 10.00. Penulis duduk sebangku dengan Muhammad Hadidi. Saat kelas 1 penulis punya pengalaman di yang tak dilupakan yaitu pada saat jam pelajaran penulis terlihat mengobrol bersama temannya dan kemudian guru pun melihat dan menjewer kuping penulis.
Penulis  naik ke kelas 2F dengan wali kelas ibu Elly Elida. Setelah beberapa bulan berjalan penulis dipilih oleh wali kelasnya untuk menjadi ‘Ketua Kelas’ , penulis cukup kaget. Penulis disebut oleh wali kelasnya dengan tulisan terbaik dengan tegak bersambung dibanding yang lainnya dengan tulisan cetak. Saat kelas 2 adalah saat yang menentukan untuk pembagian kelas 3 nantinya. Pada saat pembagian raport kenaikan kelas 3, penulis mendapatkan ranking di kelasnya yaitu mendapat ranking 3. Penulis merasa senang sekali karna sewaktu semester ke-1 dia hanya mendapat ranking 4.

Pada kelas 4, penulis masuk kelas unggulan ke-2 yaitu kelas 4E. Pada saat itu penulis sangat senang bermain sepak bola, dan sering mengikuti kompetisi-kompetisi sepak bola antar sekolah. Setiap olahraga ia selalu bermain bola dengan teman laki-laki sekelasnya.
Pada kenaikan kelas 5, ia tetap dikelas 5E dengan walikelas Bapak Elly. Saat di kelas 5E ini ia mempunyai beberapa sahabat semenjak kelas 4 sampai sampai membuat perkumpulan yang bernama “RnR. Mereka sering pergi bersama. Pada saat akhir semester penulis mendapat peringkat 3 saat semester 1 dan peringkat ke 2 saat semester ke 2. Di kelas 6 ini, ia ditempatkan di kelas 6H dengan wali kelas Ibu Hartini. Kebanyakan teman temannya masih sama dengan sewaktu kelas 5, lagi - lagi ia sekelas dengan sahabatnya. Kelas  6  ini menjadi masa – masa terakhir di sekolah dasar. Di  tahun  ini juga,     mereka
harus lebih giat lagi belajar. Ketika kelas 6, penulis sangat menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Dia pernah mendapatkan nilai tertinggi untuk mata pelajaran ini, mengalahkan teman yang terpintar di kelas. Ia sangat bangga. Saat kelas 6 ia pernah ditunjuk mengikuti seleksi olimpiade IPA.
Ujian Sekolah sudah di depan mata, penulis dan teman – temannya telah diberi bimbingan dari sekolah untuk mengahdapi ujian ini. Berbagai macam tambahan pelajaran pun telah diberikan . Akhirnya jerih payah mereka tidak sia – sia , semua siswa dan siswi SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung angkatan 2007/2008 lulus 100%. Penulis pun lulus dengan nilai yang tidak terlalu mengecewakan berhasil masuk 5 besar kelas.


4.    Masa Sekolah Menengah Pertama

Setelah lulus dari Sekolah Dasar, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Penulis sempat mendaftar SMPN 2 Bandar Lampung dengan jurusan SBI. Penulis mampu lolos hingga tahap ke-3 yaitu test psikotes , bahasa inggris dan komputer. Saat pemilihan lolos seleksi wawancara orang tua nama penulis tidak tercantum di dalamnya. Ia sangat kecewa , jerih payah yang ia lalui sampai tahap ke-3 mendapat hasil yang mengecewakan. Akhirnya saat PPDB SMP jurusan reguler , penulis mendaftar kembali di SMPN 2 dengan pilihan untuk dijadikan calon sekolahnya. Pilihan pertama SMPN 2, dilanjutkan dengan SMPN 1, dan terakhir SMPN 23. Penulis sangat menginginkan masuk ke SMPN 2, dan dewi fortuna sedang berpihak padanya. Dia akhirya masuk ke SMPN 2 walaupun jurusan reguler. Ia sangat bahagia karena hasil yang ini tidak mengecewakan tetapi menyenangkan. Sebelum menerima pendidikan formal di SMP ini, penulis terlebih dahulu menjalani MOS. Penulis berada di kelompok Eropa. Saat itu siswa – siswi baru diwajibkan memperkenalkan dirinya masing – masing. Penulis sangat  menikmati MOS ini karena dia sangat menginginkan belajar disekolah ini . Pada saat MOS banyak anak yang bertanya “kamu dari SD mana?”. “Dari SD Teladan”, penulis menjawab. “Oh, dulu kelas 6 apa disana?” “Aku dulu kelas 6H hehe”, penulis kembali menjawab . Lalu orang yang bertanya kaget, ”Hah? kelasnya banyak banget ya”. Penulis selalu tertawa setiap mendengar pertanyaan seperti itu.
Pada kelas 7, penulis masuk di kelas 7A dengan wali kelas Ibu Citra Dewi. Disana penulis sekelas dengan beberapa teman SD. Penulis pernah dipilih oleh gurunya untuk menjadi bendahara. Saat masih menduduki kelas 7 adaptasi pun belum berjalan dengan lancar , namun perlahan pasti penulis bisa beradaptasi bagaimana dilingkungan SMP. Tidak terasa satu semester telah berlalu. Ulangan semester pun telah dilaksanakan. Pada suatu pagi yang cerah di saat upacara bendera, Kepala Sekolah mengumumkan siapa yang berhasil mendapatkan juara umum di sekolah. Ternyata, sang penulis tidak berhasil mendapatkan peringkat 1 disekolahnya yang baru itu.
Saat kenaikan kelas 8 , ia ditempatkan di kelas 8C dengan wali kelas Ibu Merita Marpaung. Di kelas 8C tersebut semua sahabat sahabatnya ada dikelas tersebut. Tetapi ada beberapa sahabatnya yang tidak sekelas dengannya.  Kelas D’cicak sebutan untuk kelas 8C. Seluruh anak kelas 8C sangatlah kompak, sehingga membuat sang penulis betah berada di kelas ini.
Penulis aktif di kegiatan ektrakulikuler basket. Ekskul ini cukup eksis di SMPN 2. Anggota, pelatih, dan alumni sangatlah baik. Lomba pertama yang diikuti oleh penulis yaitu lomba Basket Putra saat kompetisi Texas diadakan oleh SMAN 4 Bandar Lampung setingkat Provinsi. Mereka tidak yakin menang, karena melihat banyak lawan yang tangguh. Dan akhirnya pun mereka belum mendapatkan juara karena masih kurang latihan dengan giat, lomba kedua diadakan oleh Fransiskus saat itu adalah event ‘ Fransiskus Day ‘. Perkembangan permainan tim mereka sudah cukup meningkat dan sangat solid. Tetapi sayangnya tim mereka belum bisa menjadi juara. Kejuaraan terakhir tim DEUX Spanda putra adalah kompetisi basket yang diadakan oleh Kemuning Auto Club (KAC), di kejuaraan terakhir ini mereka bersungguh-sungguh bagaimana caranya agar mendapatkan juara karena lomba-lomba sebelumnya selalu kalah, mereka berlatih dengan giat dan sangat fokus. Kejuaraan pun sudah dimulai, mereka berhasil mengalahkan SMPN 5 Bandar Lampung dengan telak. Di pertandingan kedua kami sangat pesimis melawan Xaverius Metro, dari postur tubuh pemain SMPN 2 sudah kalah, tetapi mereka tetap optimis dan akhirnya menang dengan point tipis yang tak diduga-duga, dan tim SMPN 2 pun melangkah ke final.  Mereka sedikit kecewa dengan hasil yang didapat pada saat final melawan Xaverius Teluk, tim Xavete ternyata lebih kompak dan dari segi individual tim  sangat baik. Akhirnya tim DEUX SMPN 2 Bandar Lampung mampu menyumbangkan prestasi kepada sekolah tercintanya, mereka bangga dan puas meski belum mendapatkan yang terbaik. Penulis aktif dalam Basket hanya sampai kelas 9 semester 1.
Sistem pengacakan kelas masih berlaku di SMPN 2. Pada saat kenaikan kelas 9 ,seluruh siswa diacak kelasnya. Anak kelas D’cicak sangat sedih karena harus berpisah kelasnya satu sama lain. Mereka sudah seperti keluarga sendiri yang sulit untuk dipisahkan. Terlalu banyak kenangan indah yang ada di kelas D’cicak.
Penulis masuk di kelas 9A, dan di kelas itu ternyata masih mayoritas anak-anak  kelas 8C. Di kelas yang baru ini, penulis duduk bersama Ekky Ariansyah Utomo. Sparta sebutan dari kelas 9-4 dengan kepanjangan ‘Sembilan Empat Rame Tapi Asik ‘ adalah kelas yang kompak sejak awal , seru , kebersamaan yang kuat , dan saling mengerti satu sama lain. Di kelas ini ia merasakan bahwa kebersamaan lebih penting , Sparta dengan wali kelas Ibu Tri Mawarni sering melakukan aktivitas yang tidak terlupakan sampai saat ini. Di Sparta banyak sekali julukan julukan , salah satunya penulis di juluki ‘Blacky’ karena warna kulit sang penulis agak gelap. Saat berada di tahun akhir sekolah, seluruh siswa – siswi harus berjuang ekstra keras agar dapat lulus dengan nilai yang memuaskan. Begitu juga dengan sang penulis. Penulis tidak ingin mendapat hasil yang mengecewakan. Maka dia belajar sangat giat.
Saat semester dua, siswa kelas Sembilan diwajibkan mengikuti pelajaran tambahan yang diadakan oleh sekolah. Tambahan ini diadakan sampai sore. Jika hari Senin dan Rabu,pulang pada pukul 16.30 . Dan pada hari Selasa serta Kamis,pulang pada pukul 16.00. Terkadang penulis dan teman – temannya merasa sangat jenuh karena terlalu banyak materi yang harus dikuasai, tetapi semua dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Tidak jarang sesudah les tambahan di sekolah, banyak siswa yang melanjutkan lesnya lagi di tempat bimbingan belajar di luar sekolah. Sekolah pun sering memberikan Try out untuk melatih para siswanya agar lebih mudah menjawab soal – soal pada UN nantinya. Siswa – siswi pun menjalani LUN ( Latihan Ujian Nasional ) dan LUS ( Latihan Ujian Sekolah ). Mereka bahkan telah “mual” untuk membulat – bulatkan jawaban dengan menggunak pensil 2B. Mereka segera ingin melaksanakan Ujian Nasionalnya, lalu melaksanakan Ujian Akir Sekolah. Semuanya telah membuat mereka sangat jenuh.
Akhirnya tibalah saat dilaksanakan UN. SMPN 2 di awasi guru dari sekolah lain. Bahkan, di awasi oleh kepolisian. Setelah diadakan UN, diadakanlah UAS dan dilanjutkan dengan Ujian Praktek. Dalam ujian praktek diuji berbagai macam pelajaran, seperti pelajaran seni tari, seni musik, biology, fisika, dll.
Pengumuman hasil UN sangatlah lama, sekitar dua bulanan. Pada saat itulah dibuka pendaftaran untuk kelas SBI di SMAN 2 Bandar Lampung dan SMA 9 Bandar Lampung. Penulis mendaftarkan dirinya ke SMAN 2 Bandar Lampung. Karena tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya, ia belajar dengan penuh ketekunan dan diimbangi dengan berdoa. Akhirnya usaha sang penulis tidaklah sia -  sia. Dia masuk ke SMAN 2 Bandar Lampung dengan urutan 115. Dan beberapa hari kemudian, hasil UN diumumkan. Seluruh siswa SMPN 2, termasuk sang penulis, lulus dengan hasil yang cukup memuaskan.

5.    Masa Sekolah Menengah Atas

Sebelum mengikuti kegiatan belajar formal di SMAN 2 Bandar Lampung ini, penulis terlebih dahulu mengikuti pra-MOS dan MOS. Tujuan dari pra-MOS ini untuk menyiapkan segala sesuatu sebelum MOS. Seluruh nama kelompok MOS diambil dari nama makanan. Seperti Coto , Gudeg , Karedok , Papeda , Pecel , Pempek , Peyeum , Rujak , sampai Seruit. Penulis masuk ke dalam kelompok Peuyeum- nama makanan – dengan PJ ( penanggung jawab ) Ka Nabil, Ka Ary, Ka Imul, dan Ka Alfahry. Dalam Pra-MOS sangatlah menyiksa, siswa diwajibkan mengikuti latihan PBB di siang hari. Pra-Mos diadakan 3 hari dari jam 7 pagi – jam 5 sore. Cukup melelahkan tetapi sangatlah asik. Dan pelaksanaan MOS sama seperti pelaksanaan Pra-MOS. Tetapi pada hari terakhir MOS, kegiatan ini diadakan di Lembah Hijau. Disana diadakan berbagai macam lomba yang menguji kekompakan kelompok, seperti lomba yel – yel. Setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Pra-MOS dan MOS, akhirnya diadakalah pembagian kelas. Dan sang penulis masuk ke kelas X4 dengan wali kelas ibu Nirpiana . Penulis duduk sebangku dengan Norman Fahryl dari sekolah yang sama dengan penulis. Penulis merasa senang karena mempunyai teman-teman yang asik seru seperti kelas X4 dengan sebutan SEPATU.
Harapan penulis untuk kedepan adalah  dapat membahagiakan kedua orang tua serta keluarga, dan dapat lebih sukses dalam menggapai cita cita. AMIN.